بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Maka nama lafadz Al-Jalalah itu tidak ada dengan yang
dimusytaq dan tidak pula yang dimanqul.
Dan lafadz Al (ال) itu
ditambahkan yang tetap lazimnya (yang perlu) tidak untuk diperselisihkan.
Sebaliknya sisipan lafadz Al (ال)
itu seperti kedalam lafadz Al-Jalalah.
Lafadz Al-Jalalah itu adalah nama jamaknya dari kumpulan
nama-nama Alloh yang bagus dan sifat-sifat Alloh yang sangat luhur.
Lafadz Arrohman (الرحمن) itu adalah yang banyak mengasihi atas ni’mat-ni’mat yang besar
(agung). Contohnya ni’mat bisa mencari ‘ilmu, sehingga mendapat ridhoNya Alloh
SWT untuk mendapatkan ni’mat agung, yaitu masuk ke surgaNya Alloh SWT.
Lafadz Arrohim (الرحيم) itu adalah yang banyak mengasihi atas ni’mat-ni’mat yang kecil.
Contohnya yaitu menerima segala keni’matan setelah berada di dalam surgaNya
Alloh SWT.
Menentukan nama tasmiyah ke dalam nama-nama itu adalah
diberinya ni’mat-ni’mat kepada orang-orang yang bijaksana (‘arif; ‘alim), yang
berhaq menerimanya (mustahiqnya). Yang sesungguhnya telah bertanya mustahiq tersebut
didalam berbagai macam persoalan-persoalan keagamaan yang bangsa haqiqi, siapa yang
telah memberikan seluruh keni’matan-keni’matan ini, siapa yang telah memberikan
agungnya (besarnya) ni’mat, siapa yang telah memberikan sedikitnya (kecilnya) ni’mat.
Tetapinya
telah memulainya pengarang kitab ini, yaitu Syekh Muhammad Nawawi Bin ‘Umar Bin
‘Arobi Assyafi’i dengan menulis lafadz basmalah, dengan mengikuti kitab-kitab samawiyah,
dan mengamalkan berbagai hadist marwiyyah. Sebagaimana telah diriwayatkan sabda
Rosulalloh SAW, sesungguhnya Beliau bersabda : “Tatkala menulis seorang hamba
lafadz basmalah (بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ
لرَّحِيْمِ)
pada papan (kayu) atau ke dalam tulisan-tulisan, maka sesungguhnya telah
menuliskan para malaikat kepadanya pahala-pahala, dan memintakannya pengampunan
selama tulisan lafadz tersebut masih terdapat nama Alloh SWT yang telah ditulis
pada papan (kayu) atau pun ke dalam tulisan-tulisan.”
اَلْحَمْدُ
لِلّهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ وَالْعَا قِبَةِ لِلْمُتَّـقِيْنَ
Artinya
Alloh SWT yang menciptakan seluruh makhluk, dan pahala dari yang dipuji (Alloh
SWT) untuk orang-orang yang bertaqwa (orang-orang yang meninggalkan kema’siyatan).
وَالصَّلَاةُ
وَالسَّلَامُ عَلى سّيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأّصْحَابِه وَآلِهِ
Kehormatan
(artinya tambah-tambah kehormatan dari Alloh SWT yang berhubungan dengan
keagungan) dan keselamatan dari Alloh SWT semoga tetap dilimpahkan kepada Tuan kita
Nabi Muhammad SAW, putera dari ‘Abdulloh yang paling sempurna dijadikan budi
pekertiNya, yang diutus di Mekkah, dan dimakamkan di Madinah yang mulya, juga
kepada keluargaNya yang seiman, juga kepada para sohabatNya yang selalu
berkumpul bersama Nabi Muhammad SAW sampai akhir hayatNya setelah mendapat
pangkat kenabian, yaitu orang yang beriman bersama Nabi SAW. Para sohabat yang
masih hidup ketika wafatNya Rosulalloh SAW itu berjumlah 124.000, rodiyallohu ‘anhum
ajma’in, sama jumlahnya seperti jumlahnya para Nabi dan seperti jumlahnya para Wali
di tiap-tiap zaman.
Sebuah
permasalahan, ketika ada pertanyaan kepadamu yaa orang yang beriman, SEPERTI
APAKAH IMAN ITU? (ما الإيمان)
Artinya pertanyaan yang berkenaan dengan haqiqat (pertingkah) keimanan yang membenarkan
keimanan.
Maka
jawabanmu adalah :
آمنت
بالله و ملا ئكته و كتبه و رسله و اليوم الأخر و القدر خيره و شره من الله تعالى
telah beriman aku (artinya dengan membenarkan
dan menetapkan) :
kepada Alloh SWT, dan;
kepada Malaikat-malaikatNya, dan;
kepada Kitab-kitabNya, dan;
kepada Rosul-rosulNya, dan;
kepada hari akhir (qiyamat), dan;
kepada taqdir yang baik dan tidak
baik itu datangnya tetap dari Alloh SWT.
Hal
ini telah diriwayatkan hadistnya oleh Imam Muslim RA menerima dari tuan kita,
‘Umar RA dari penuturan malaikat Jibril AS.
Sebaliknya
bila mengambil dari riwayatnya Imam Bukhori RA menerima dari Abi Huraeroh RA mengambil
dari penuturan malaikat Jibril AS, maka untuk jawaban mu adalah dari hadist :
آمنت
بالله و ملائكته و بلقائه و رسله و بالبعث
Telah beriman aku :
Kepada Alloh SWT, dan;
Kepada Malaikat-malaikatNya, dan ;
Kepada taqdirNya, dan;
Kepada Rosul-rosulNya, dan;
Kepada hari kebangkitan
Makna
dari membenarkan adalah percaya dengan wujud adanya Alloh SWT dan dengan sifat-sifat
yang wajibNya Alloh SWT. Dan percaya adanya Malaikat-malaikat, sesungguhnya
mereka adalah hamba-hamba yang mulya semuanya. Dan percaya dengan pandangan
Alloh SWT di dalam desa akherat diperuntukan bagi yang selalu beriman kepadaNya.
Dan percaya dengan sesungguhnya RosulNya Alloh itu yang benar semuanya didalam
menyampaikan perintah-perintah dari Alloh SWT. Dan percaya dengan akan
dibangkitkan kembali dari qubur.
Telah
berkata sebahagian ‘Ulama, “Orang harus mempelajarinya dimulai sejak masih
kecil dari lafadz tauhid tersebut.” Yaitu lafadz :
آمنت
بالله و ملا ئكته و كتبه و رسله و اليوم الأخر و القدر خيره و شره من الله تعالى
Mengetahui
sesungguhnya lafadz tersebut adalah hal-hal yang harus DIIMANKAN, kecuali
sesungguhnya orang itu tidak membenarkan keterangan lafadz tersebut, maka tidak
mengokohkan orang itu dengan imannya.
Dan
telah berkata sebahagian ‘Ulama : “Iman bangsa awak-awakan itu adalah tingkah atau
perilaku yang seakan-akan terputus.” Artinya (perumpamaanya) waktu datangnya sakarotul
maut ketika seakan-akan yang terlihat itu tempat awak-awakannya berada di dalam
surga atau di dalam neraka, tidak dapat diterima jika masih belum melaksanakan
(melakoni) perkara-perkara awak-awakan dari dua pilihan tadi. Maka sesungguhnya
seorang hamba harus bisa menyelamatkan diri sendiri (bisa memilih cara selamat
sendiri) di tempat-tempat baru tersebut yang pastinya akan dilalui oleh setiap
hamba.
Seperti
telah diriwayatkan dari Nabi SAW, sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda : “Sesungguhnya
seorang hamba itu pasti akan mati, sehingga pasti akan terlihat olehnya tempat
di dalam surga atau di dalam neraka.”
Dengan
memilih bertobat maka ia dapat memutuskan sendiri pilihannya, yaitu untuk dapat
masuk ke dalam surga. Maka sesungguhnya tobat itu dapat diterima setelah sehat
imannya seorang hamba.
Seperti
telah diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, sesungguhnya beliau berkata, telah bersabda
Rosulullah SAW : “Diterimanya tobat seorang hamba mukmin itu tidak akan
diterima (artinya tidak akan diterima lagi tobatnya jika napas sudah sampai
kerongkongan pada saat sakaratul maut).”
Perlu
kalian ketahui bahwasanya beriman kepada Alloh SWT itu ada tiga bagian, yaitu
iman taqlidi, iman tahqiqi dan iman istidlali.
a.
Iman
Taqlidi
Maka
yang disebut iman taqlidi itu adalah sesungguhnya telah bertekad seseorang
dengan wahdaniyatNya (tunggalNya) Alloh SWT berdasarkan petunjuk dan ajakan dari
‘ulama tanpa adanya pertanda (petunjuk) langsung dari Alloh SWT. Jenis iman ini
adalah jenis iman yang diberitahukan (oleh ‘ulama) yang pada awalnya orang ini
masih ragu-ragu, masih meragukan keimanannya sebelum adanya petunjuk dari
‘ulama.
b.
Iman
Tahqiqi
Iman
tahqiqi itu adalah tergulung (fokus) hatinya seorang hamba akan wahdaniyatNya
(tunggalNya) Alloh SWT yang sekiranya walaupun telah menjadikannya Alloh SWT
kepadanya seorang ahli ‘ilmu yang sudah melipat (kokoh) iman didalam hatinya
dari terpelesetnya iman yang didapat dalam hatinya.
c.
Iman
Istidlali
Iman istidlali
itu adalah melihat seorang hamba dari yang diciptakan kepada yang menciptakan
dan dari jejak peninggalan kepada yang di jejak tinggalkan. Maka hal itulah
yang menuduhkannya. Dan dari yang dibangun itu menuduhkan kepada yang
membangun. Dan dari yang diciptakan menuduhkan kepada yang menciptakan. Dan
misalnya dari hewan unta itu juga menjadi petuduh siapa yang telah menciptakan
unta. Dan dari jejak-jejak peninggalan tersebut jika tidak ada yang dijejak
tinggalkan itu adalah mestinya ada yang mengawalinya atau pun menciptakannya.
Demikian
disampaikan. Bila ada kesalahan dalam pengalih bahasa tuqilan, mohon dimaafkan,
hal itu semata-mata dari hamba yang do’if, dan bila itu benar maka datangnya
dari Alloh SWT.
Senin,
29 Oktober 2018 M / 20 sofar 1440 H
Dituqil
dari : شرح
قطر الغيث
Karangan : شيخ
محمد نووى الجوى
Tidak ada komentar:
Posting Komentar