Selasa, 30 April 2019

MALAIKAT-MALAIKAT ALLOH SWT


Jika ada pertanyaan kepada mu tentang seperti apakah iman mu akan adanya Malaikat-malaikatNya Alloh SWT?....
Maka jawaban mu adalah .......
Sesungguhnya Malaikat-malaikat Alloh SWT itu berbagai-bagai ashnaf / anwa’in / warna (rupa) yang banyak didalam tingkahnya, pekerjaanya dan rupanya.
1. Malaikat Hamalatul ‘Arsy (Penjaga ‘Arsy) ملائكة حملة العرش
Maka sebahagian dari Malaikat-malaikat itu adalah Malaikat Hamalatul ‘Arsy (Penjaga ‘Arsy). Mereka adalah Malaikat yang lebih tinggi kedudukannya. Yang pertama-tama akan adanya / wujudnya di dunya itu adalah empat dan di hari qiyamat itu adalah delapan dengan rupa seperti kambing kacang. Antara ujung kuku ke lututNya berjarak masa perjalanan 70 tahun jika dengan berjalan cepat.
Adapun sifat ‘arsy itu diriwayatkan, sesungguhnya ‘arsy itu intan permata yeng berwarna hijau. ‘Arsy itu adalah lebih agung-agungnya makhluk-makhluk yang telah diciptakan. Dan dipakai oleh ‘arsy setiap-tiap hari itu seribu warna dinding, tiada yang sanggup melihat ‘arsy yang diciptakan dari ciptaanNya Alloh SWT. Dan berbagai hal di dalam ‘arsy itu seperti lingkaran di dalam tempat yang luas. Diceritakan, sesungguhnya ‘arsy itu qiblatnya ahli langit, seperti halnya ka’bah itu qiblatnya ahli bumi.
2. Malaikat Hafun ملائكة حافون
Dan sebahagian dari Malaikat-malaikat itu adalah Malaikat Hafun. Berkata Syekh Wahab Bin Misbah, “Sesungguhnya yang mengitari / mengelilingi ‘arsy itu adalah 70.000 jajar dari Malaikat-malaikat yang bersayap di bagian belakangnya / punggungnya, yang mengelilingi ‘arsy dengan saling berhadapan. Maka disaat saling berhadapan, sebahagian Malaikat Hafun dengan Malaikat Hafun lainnya membaca tahlil, sebahagian lagi membaca takbir. Dan dari Malaikat Hafun yang saling berhadapan, ke bagian belakangnya terdapat 70.000 jajar / baris Malaikat sambil berdiri berhadapan dari lehernya Malaikat satu dengan jelas sampai leher Malaikat yang lainnya. Maka disaat sebahagian Malaikat membaca takbir, sebahagian lagi membaca tahlil, mereka saling meninggikan suaranya”.
Maka para sohabat membaca :
سُبْحَانَكَ اَللّٰهُمَّ وَبِحَمْدِكَ مَا اَعْظَمِكَ وَأَحْلِمْكَ أَنْتَ اللهُ لَا اِلٰهَ غَيْرُكَ أَنْتَ الْاَكْبَرُ وَالْخَلْقُ كُلِّهِمُ لَكَ رَاجِعُوْنَ
Dan dari baris ke belakang banyaknya Malaikat Hafun adalah 100.000 jajar Malaikat dengan melipatkan tangan kanan di atas tangan kirinya selain dari Malaikat Hafun.
Dari salah satu Malaikat kecuali membaca tasbeh, tidak ada yang tidak membacanya sampai Malaikat yang terakhir. Jarak antara sayap satu dengan sayap lain salah satu Malaikat itu riwayat perjalanan selama 800 tahun. Dan jarak antara cuping telinga salah satu Malaikat dengan pundak/bahunya riwayat perjalanan selama 400 tahun.
Alloh SWT membuatkan hijab/penghalang dari sekian banyaknya Malaikat dengan 70 hijab/penghalang ‘arsy dari cahaya berwarna hijau, dan 70 hijab/penghalang dari cahaya berwarna oranye, dan 70 hijab/penghalang dari mutiara  berwarna putih, dan 70 hijab/penghalang dari intan yaqut berwarna merah, dan 70 hijab/penghalang dari intan zabarjud berwarna hijau tua, dan 70 hijab/penghalang dari salju, dan 70 hijab/pengalang dari air, dan 70 hijab/penghalang dari embun.
Kesemuanya itu tidak ada yang mengetahuiNya kecuali hanya Alloh SWT semata.
3. Malaikat Ruhaniun ملائكة رحانيون
Dan sebahagian dari Malaikat-malaikat itu adalah Malaikat Ruhaniun. Diriwayatkan Malaikat ini berada di dalam bumi yang berwarna putih seperti putihnya mamer. Lebarnya bumi ini riwayat perjalanan matahari selama 40 hari, panjangnya bumi ini tiada yang mengetahuinya kecuali Alloh SWT. Dan Malaikat Ruhaniun bersuara laki-laki dengan membaca tasbeh dan tahlil, jika dibukakan atau diperdengarkan langsung suara salah satu Malaikat ini, maka pasti rusak ahli/penghuni bumi akan gemuruh suaranya salah satu Malaikat. Batas suaranya Malaikat ini sampai dengan Penjaga ‘arsy.
4. Malaikat Karobiyun ملائكة كروببون
Dengan patah kaf dan mengentengkan ro, Malaikat ini adalah Pemimpinnya Para Malaikat, mereka yang membangun ‘arsy.
5. Malaikat Safroh ملائكة سفرة
Artinya yang menjadi perantara antara Alloh SWT dengan Para AnbiyaNya Alloh SWT dan Para Solihin. Malaikat ini yang menyampaikan kepada Para Anbiya risalah-risalah dari Alloh SWT dengan wahyu, ilham dan rukyatnya yang benar, atau antara Alloh SWT dengan mahkluqNya Alloh SWT yang disampaikan oleh Malaikat ini kepada makhluqNya Alloh SWT tentang pekerjaan-pekerjaan terpuji yang diciptakan Alloh SWT.
Lafadz السفرة di sini adalah jama’nya lafadz سفرة dengan ma’na utusan, bukan jama’nya lafazd سافر yang berma’na penuqil/penyalin. Karena sesungguhnya Mushonnif (pengarang kitab) itu menjelaskannya bukan lafazd سافر, dengan menunjukan jumlahnya Malaikat ini yang empat, yaitu : Jibril, Mikail, Isrofil dan ‘Azroil (dengan patah ‘ain).
Malaikat Jibril adalah Malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu kepada seluruh Anbiya. Malaikat Mikail adalah Malaikat yang diberi tugas menurunkan hujan. Malaikat Isrofil adalah yang Malaikat diberi tugas meniup suara sangkakala, dengan meniup sangkakala ini, maka semua makhluq mati. Dan dengan tiupan ini kepada makhluq-makhluq hidup, maka akan memisahkan ruhnya dari jasadnya. Dan Malaikat ‘Azroil adalah Malaikat yang diberi tugas merenggut ruh-ruh. Maka disaat datang azalnya kepada hamba-hamba, maka memerintahkanlah Alloh SWT kepada Malaikat Maut untuk merenggut ruh hamba-hamba tersebut. Maka, disaat datang ruh sampai kerongkongan, melirik Malaikat Maut serta digenggamlah ruh dari tubuh makhluq oleh Malaikat Maut. Dan keluarnya ruh dari ubun-ubun itu seperti masuknya ruh ke dalam badan lewat ubun-ubun. Dan adapun terbukanya orang yang sedang sekarat itu adalah mulutnya pada saat ruhnya itu keluar. Maka banyak yang meriwayatkan karena amat sangatnya kesulitan-kesulitan orang yang melihat sekaratul maut tersebut. Ubun-ubun itu adalah tempat yang berdenyut di dalam kepala bocah.
6. Malaikat hafadzoh ملائكة حفظة
Berkata Syekh Muhammad Al-Kholiliy, telah meriwayatkan Sayyidina Ustman Bin ‘Affan RA, itu ketika bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, berapakah dari jumlah Malaikat yang berada di sekitar para insan? Maka Nabi SAW menjawab : ada 20 Malaikat, sebagian Malaikat yang berada di sebelah kanan itu adalah yang mencatat ‘amal-’amal baik mu, dan sabagian lagi memberikan keamanan dibagian kiri mu. Disaat engkau berbuat satu ‘amal baik, maka dituliskan sepuluh, dan disaat engkau berbuat ‘amal jelek, maka mengucap Malaikat itu kepada Malaikat sebelahnya yang berada di sebelah kiri, “apakah perlu aku tuliskan?” Maka menjawab Malaikat yang disebelahnya, “ tunda dulu menulismu selama tujuh jam untuk orang ini”, maka ‘amalnya pun belum ditulis, seraya menjawab, “baik”. Berkata lagi Malaikat yang disebelahnya, “ditulis ‘amalnya jika sudah mengizinkan Alloh SWT kepada kita.”
Maka nama Malaikat yang berada di sebelah kanan itu adalah Malaikat Roqib yang bertugas menuliskan yang baik-baik dan yang berada disebelah kiri adalah Malaikat ‘Atid yang bertugas menuliskan keburukan-keburukan.
Kedua Malaikat itu berada diantara kedua sisimu dan dari belakangmu.
Malaikat ini yang memegang ubun-ubunmu, ketika engkau berendah diri kepada Alloh SWT, maka kemudian mengangkatmu. Dan ketika engkau angkuh kepada Alloh SWT, maka kemudian melemahkanmu. Kedua Malaikat ini menutup mulutmu saat tidak ada perlindungan kepadamu, kecuali hanya membaca solawat kepada Nabi SAW. Malaikat ini menjaga bicara mu agar tidak dibiarkan seperti ular berbisa atau singa yang masuk dalam pembicaraan (obrolan). Kedua Malaikat ini menjaga pandangan mata mu, dan dikatakan sesungguhnya nama kedua Malaikat ini adalah شوية (sedikit), maka jumlah seluruhnya itu hanya 10 Malaikat yang diperintahkan untuk melindungi setiap-tiap anak Adam. Maka diturunkanlah Malaikat malam hari untuk menggantikan Malaikat siang hari, maka jumlah seluruhnya Malaikat itu ada 20 yang melindungi anak Adam.
7. Malaikat Katabatun  ملائكة كتبة
Malaikat ini adalah Para Malaikat yang mencatat/menyalin di lauhilmahfudz (papan yang dijaga). Mereka adalah Malaikat-malaikat mulya yang menuliskan. Sebahagian Malaikat ini memiliki sayap, dua sayap dua sayap untuk setiap-tiap satu sayap dari Malaikat ini, dan tiga tiga untuk macam/bagian yang akhir sayap dari Malaikat ini, dan empat empat untuk macam/bagian yang akhir sayap dari Malaikat ini. Dan menambahkan Alloh SWT dalam menciptakan sayap-sayap selain bermacam-macam sesuai kehendak dalam suatu hal dan pengambilan keputusan.
Pemberitahuan, telah berkata ahli tata bahasa, bahwa lafadz حملة, سفرة, حفظة dan كتبة dengan fatah pada hurup-hurup awalnya yang tiga, semuanya adalah jama’nya lafazd حمل, سفير, حافظ dan كاتب .
Semua Malaikat-malaikat itu adalah makhluq-makhluqNya, artinya yang berwujud semuanya atas ciptaan Alloh SWT yang patuh semuanya tidak seperti selain Malaikat-malaikat, hambaNya Alloh SWT. Maka tidak ada yang bekata apapun sehingga menurut saja atas apa yang diucapkan/perintahkan oleh Alloh SWT seperti perintah mengucapkan/diperintahkan sesuatu.
Mareka adalah hamba yang bertatakrama. Tidak ada yang disifati dengan laki-laki seperti dalam dongeng dan tidak pula disifati perempuan. Maka barang siapa bertekad bahwa rupa perempuan kepada Para Malaikat atau bersifat seperti perempuan, maka orang tersebut adalah kafir atas pendapat para ‘ulama. Dan barang siapa bertekad bahwa Malaikat itu adalah laki-laki, maka orang itu fasik.
Tiada mereka memiliki syahwat, artinya tidak menjadikan rindu akan nafsu syahwat. Tiada memiliki hawa nafsu.
Maka yang dikatakan nafsu itu ada tujuh martabat :
1.     Nafsu amarah, tempatnya di dalam dada, wujudnya adalah kikir, rakus, hasud, bodoh, merasa besar, syahwat dan benci;
2.     Maka selanjutnya nafsu lawwamah, tempatnya di dalam hati, hati itu tempatnya di atas pentil susu sebelah kiri dengan jarak kadar dua ruas jari, wujudnya adalah mencela, hawa nafsu, menipu/khianat, angkuh, mengumpat, riya, dzolim, bohong dan lalay/pura-pura lupa;
3.     Maka selanjutnya nafsu malhamah, tempatnya itu di ruh, tempatnya ruh di atas pentil susu sebelah kanan dengan jarak kadar dua ruas jari, wujudnya adalah sakhowah (dermawan), qona’ah (secukupnya), halim (pemurah hati), tawadlo’a (bertatakrama), taobat (banyak bertobat), sobar dan menanggung masalah dengan sabar;
4.     Maka selanjutnya nafsu muthmainnah, tempatnya itu samar, samar itu tempatnya adalah arah pentil susu bagian kiri dengan jarak kadar dua ruas jari mengarah ke dada, wujudnya adalah kerelaan, tawakal, ‘ibadah, syukur dan ridlo
5.     Maka selanjutnya nafsu rodliah, tempatnya itu samar di tempat rahasia, karena barangkali maksud bentuk samarnya ini yang berjasad-jasad ( قالب : dengan hurup alif setelah hurup qof, dengan fatah pada hurup lam. Kalimat ini adalah jama’nya kalimat الجسد ), wujudnya itu adalah mulya, zuhud, ikhlash, waro’i, berakhlaq dan amanah;
6.     Maka selanjutnya nafsu mardliyah, tempatnya itu tersembunyi, terletak mengarah ke pentil susu sebelah kanan dengan jarak kadar dua ruas jari ke tengah-tengah dada, wujudnya bagus akhlak/budi, meninggalkan hal-hal lain terkecuali yang diperbolehkan Alloh SWT, belas kasihan dengan sesama makhluq, berani bertanggung jawab atas kebenaran dan pemaaaf atas kesalahan, kesukaannya condong kepada makhluq yang bisa keluar dari karakter tubuh makhluq suka kegelapan (selalu ma’siat) sampai menjadi terang (benar) dari macam-macam makhluq;
7.     Maka selanjutnya nafsu kamilah, tempatnya itu labih samar, barada di tengah-tengah dada, wujudnya adalah ’alimil yaqin, ‘ainil yaqin dan haqul yaqin.
Malaikat-malaikat tidak mempunyai bapak dan ibu. Maka sesungguhnya Malaikat-malaikat itu adalah jasad-jasad sebangsa nuroniah (cahaya), artinya umumnya makhluq-makhluq yang diciptakan dari cahaya.
Dan mungkin ada sebahagian Malaikat itu makhluq yang diciptakan dari tetesan-tetesan yang menetes pada saat Malaikat Jibril AS  berkeringat ketika merasakan panasnya di atas ‘arsy. Mereka berdiri berbagai macam dari macam-macam yang berbeda-beda.
Para Malaikat tidak minum dan tidak makan. Dan tidak juga tidur, melanggengkan mereka dengan tidak tidur sebagaimana Alloh SWT berfirman
يُسَبِّحُوْنَ اللَّيْلَ وَ النَّهَارَ لَا يَفْتُرُوْنَ
, maka jarang tidur sendirian seperti merasa ingin tidurnya manusia, tidak merasa terampas waktu tidurnya lain hal dengan manusia, maksudnya dari keta’atan dan ketadaburanNya. Mereka tidak berpuasa kepada Alloh SWT, apa yang diperintah Alloh SWT kepadaNya mereka laksanakan dengan tidak menyuruhnya lagi kepada yang lainnya. Firman Alloh SWT
يَخَافُوْنَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيِفْعَلُوْنَ  مَا يُؤْمَرُوْنَ
, artinya dalam ta’atnya dan tadabburnya. Dan telah berfirman Alloh SWT
بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُوْنَ , لَا يَسْبِقُوْنَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُوْنَ
Sebaliknya Malaikat itu adalah hamba dari hamba-hambaNya Alloh SWT yang diperintahkan dengan dipelihara dari terpelesetnya (kesalahannya), tidak mendahuluinya sebelum ada izin Alloh SWT. Mereka melaksanakan perintah Alloh SWT bila sudah diperintah Alloh SWT itu mereka terima, karena sesungguhnya mereka melaksanakan tujuan dibawah pengawasan Alloh SWT kepadanya. Maka terkumpullah bakti diantara perintah dan ucapan itu mencapai puncak kebaktiannya.
Kecintaannya di dalam hati itu jadi syarat sahnya iman. Dan yang sebahagiannya itu adalah kafir, karena firman Alloh SWT : “Setiap-tiap makhluq itu harus iman kepada Alloh SWT, Malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan Rosul-rosulNya.”
Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penafsiran dan penuqilan, itu semata-mata dari hamba yang do’if oleh ilmu.....
Senin, 29 April 2019 M / 23 Sya’ban 1440 H.
Dituqil dari kitab qotrulgoes, dari syarah masail Abil Laesa oleh Imam Nashor Bin Muhammad Bin Ahmad Bin Ibrohim Assamarqondiy, taklif Syekh Muhammad Nawawi Bin ‘Umar Bin ‘Arobiyyi Assyafi’iyi Aljawiy.