Firman Alloh SWT : “Wasykuruu lii wa laa takfuruun...”
Firman Alloh SWT : “Maa yaf’alullohu bi ‘adzabikum
in syakartum ... “
Maknanya wallohu a’lamu bisshowab....
Telah bersabda Nabi Muhammad SAW : “Arba’u
khisholin man kun fiihi kamla islamuhu walau kaana lahu min qorunahu ila qudamihi
khotoyaa, asshidqu wassyukru walhaya-u
wahusnal kholiqu.”
Maknanya wallohu a’lamu bilmurodh.
Empat perkara yang membuat orang apabila
dapat melaksanakannya akan sempurna agama
islamnya, walaupun orang tersebut mulai dari ubun-ubun sampai dengan telapak
kakinya penuh dengan kesalahan-kesalahannya. Keempat perkara tersebut yaitu :
- Benar
- Syukur
- Memiliki rasa malu
- Baik budi pekerti
Syukur itu condong akan hal-hal :
- Keilmuan
- Kesenangan
- ’Amal
Maka yang namanya ilmu itu mengetahui
akan ni’mat dari yang memberinya ni’mat, yaitu Alloh SWT.
Yang namanya kesenangan itu akan sangat
senang jika menerima hasil / ni’mat dari yang memberinya ni’mat tersebut, yaitu
Alloh SWT.
Yang namanya ‘amal itu melaksanakan
sesuatu yang diinginkan kemudian hasilnya / ni’matnya bagaimanapun ia sukai,
karena ada yang telah memberinya hasil / ni’mat tersebut, yaitu Alloh SWT.
Menurut pendapat Syekh Syibli, syukur telah
melihat akan ni’mat itu bukan hanya melihat ni’matnya saja. (berarti harus
melihat siapa yang telah memberi ni’mat tersebut, tiada lain hanya Alloh SWT).
Sebagian ‘Ulama berpendapat, cara
bersyukurnya orang bodoh itu hanya bila menerima makanan atau minuman saja,
tetapi cara bersyukur orang yang mengerti akan ‘ilmu itu tetap datangnya ni’mat
apapun adanya di dalam hati. (mungkin cara megucapkan syukurnya kepada Alloh
SWT itu lebih bertawadho di dalam hati)
Dituqil dari cabang iman ke-33 Qomiut-thugyan
‘ala mandzumatunn syu’bul iman, syarah muhaqqiqu Assyekh Muhammad Nawawi Bin ‘Umar
Rohimallohu lil imami Al-‘Alamah Assyekh Zaenuddin Bin ‘Ali Bin Ahmad Assyafi’iyu
Alkausyani Al Mulyabariy, nafa’anallohu bihim .... aamiinn...
Seandanya kita tidak dapat
melaksakannya, maka rusaklah cabang iman yang ke-33 ini. Laa haola walaa
quwwata illaa billaah...
Bila adanya salah menerjemahan itu semata-mata
datangnya dari hamba yang dhio’if, dan jika itu benar, maka datangnya dari
Alloh SWT.
22 dzumadil akhir 1437 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar