Senin, 04 April 2016

SYUKUR



Firman Alloh SWT : “Wasykuruu lii wa laa takfuruun...”
Firman Alloh SWT : “Maa yaf’alullohu bi ‘adzabikum in syakartum ... “
Maknanya wallohu a’lamu bisshowab....
Telah bersabda Nabi Muhammad SAW : “Arba’u khisholin man kun fiihi kamla islamuhu walau kaana lahu min qorunahu ila qudamihi khotoyaa, asshidqu wassyukru walhaya-u wahusnal kholiqu.”
Maknanya wallohu a’lamu bilmurodh.
Empat perkara yang membuat orang apabila dapat melaksanakannya akan sempurna  agama islamnya, walaupun orang tersebut mulai dari ubun-ubun sampai dengan telapak kakinya penuh dengan kesalahan-kesalahannya. Keempat perkara tersebut yaitu :
  •   Benar
  •  Syukur
  •   Memiliki rasa malu
  •   Baik budi pekerti
Syukur itu condong akan hal-hal :
  •  Keilmuan
  •  Kesenangan
  •  ’Amal
Maka yang namanya ilmu itu mengetahui akan ni’mat dari yang memberinya ni’mat, yaitu Alloh SWT.
Yang namanya kesenangan itu akan sangat senang jika menerima hasil / ni’mat dari yang memberinya ni’mat tersebut, yaitu Alloh SWT.
Yang namanya ‘amal itu melaksanakan sesuatu yang diinginkan kemudian hasilnya / ni’matnya bagaimanapun ia sukai, karena ada yang telah memberinya hasil / ni’mat tersebut, yaitu Alloh SWT.
Menurut pendapat Syekh Syibli, syukur telah melihat akan ni’mat itu bukan hanya melihat ni’matnya saja. (berarti harus melihat siapa yang telah memberi ni’mat tersebut, tiada lain hanya Alloh SWT).
Sebagian ‘Ulama berpendapat, cara bersyukurnya orang bodoh itu hanya bila menerima makanan atau minuman saja, tetapi cara bersyukur orang yang mengerti akan ‘ilmu itu tetap datangnya ni’mat apapun adanya di dalam hati. (mungkin cara megucapkan syukurnya kepada Alloh SWT itu lebih bertawadho di dalam hati)
Dituqil dari cabang iman ke-33 Qomiut-thugyan ‘ala mandzumatunn syu’bul iman, syarah muhaqqiqu Assyekh Muhammad Nawawi Bin ‘Umar Rohimallohu lil imami Al-‘Alamah Assyekh Zaenuddin Bin ‘Ali Bin Ahmad Assyafi’iyu Alkausyani Al Mulyabariy, nafa’anallohu bihim .... aamiinn...
Seandanya kita tidak dapat melaksakannya, maka rusaklah cabang iman yang ke-33 ini. Laa haola walaa quwwata illaa billaah...
Bila adanya salah menerjemahan itu semata-mata datangnya dari hamba yang dhio’if, dan jika itu benar, maka datangnya dari Alloh SWT.
22 dzumadil akhir 1437 H.