Jumat, 19 Agustus 2016

Jangan sia-siakan umurmu

Dituliskan dalam kitab Qomi’uth-thugyan yaitu Syarah dari kitab Syu’bul-Iman Syekh Zainuddin Al-Malibariy bermazhab Al-Imam Asy-Syafi’iyu yang menerangkan tentang cabang-cabang dari iman.  Kitab ini dikarang sudah lebih dari satu abad lalu, yang dimana pada zaman tersebut peralatan kesenian atau pun sarana untuk bersenang-senang belum secanggih pada saat sekarang. Tuqilan dari cabang iman yang ke-41 menerangkan sebagai berikut :
Menjaga dari hal-hal yang terlalu menyenangkan (bersukaria / bersenang-senang), {dikhawatirkan terlalu terlena sehingga lupa kepada Sang Pencipta}.  Adapun hal-hal yang sudah dicegah seperti : Qimari/Qimarun , Zamaroti/Zamarotun, Shofari/Shofarotun dan Autari/Autarun.
Adapun yang disebut Qimari/Qimarun itu adalah Judi. Maka yang namanya judi itu adalah suatu kegiatan yang mengalihkan milik dengan cara mengambil harta atau kepunyaan yang lainnya dalam bermacam-macam warna/corak/cara permainan.
Adapun yang disebut Zamaroti/Zamarotun itu adalah Suling. Suling itu adalah alat untuk menyanyi yang terbuat seumpama dari bambu.
Adapun yang disebut Shofari/Shofarotun itu adalah Gendang. Gendang itu adalah alat untuk menyanyi yang terbuat dari kayu / cabang pohon.
Adapun yang disebut Autari/Autarun adalah alat musik bersenar yang dikait-kaitkan, terbuat dari bahan kayu. Berarti alat musik ini seperti gitar, biola, mandolin, harpa, dll.
Contoh permainan atau alat tersebut mungkin sudah ada pada saat kitab Qomi’uth-thugyan ini dikarang, bagaimana dengan permainan atau pun alat-alat permainan pada zaman sekarang yang sudah barang tentu lebih canggih...? Dan jika hanya melihat saja atau mendengarkan saja gimana ya ganjarannya.....? Wallohu a’lamu.....
Dalam kita Ayyuhal Walad taklif Al-Imam Abi Hamid Muhammad Bin Muhammad Al-Gozali terdapat hadist Nabi Muhammad SAW, “Ciri-ciri masih benci / tidak suka Alloh SWT kepada seorang hamba-Nya itu jika hamba-Nya tersebut masih melakukan hal-hal yang tidak berfaedah.”
Syekh Hujjatul Islam Muhammad Al-Gozali menerangkan, “Sesungguhnya jika seseorang kehilangan sewaktu saja dalam sekali diciptakan sesuatu hal dari hambanya maka pastilah bersegera mengerjakan (melakukan) apabila panjang/lama-lama bermalasan. Barang siapa jika umurnya sudah mencapai 40 tahun tapi kelakuan baiknya masih tidak bisa mengalahkan kelakuan jeleknya, maka celakalah ia dan masuk neraka.... na’udzubillah..... (ini adalah kifayah kepada yang sedang mencari ilmu; agama).
Semuanya kita hanya pasrah dan bertawakkal ke pada Alloh SWT, laa haola wal quwwata illaa billah...
Dari semua penuturan atau pengartian dari tuqilan tersebut, apabila salah itu datangnya dari saya yang dho’if, dan apabila benar itu adanya dari Alloh SWT.......
Jum’at, 16 Dzulqo’idah (hapit) 1437 H / 19 Agustus 2016
Dituqil dari          : kitab Qomi’uth-thugyan karangan Syekh Nawawi Al-Bantani, dan kitab Ayyuhal walad  

Senin, 04 April 2016

SYUKUR



Firman Alloh SWT : “Wasykuruu lii wa laa takfuruun...”
Firman Alloh SWT : “Maa yaf’alullohu bi ‘adzabikum in syakartum ... “
Maknanya wallohu a’lamu bisshowab....
Telah bersabda Nabi Muhammad SAW : “Arba’u khisholin man kun fiihi kamla islamuhu walau kaana lahu min qorunahu ila qudamihi khotoyaa, asshidqu wassyukru walhaya-u wahusnal kholiqu.”
Maknanya wallohu a’lamu bilmurodh.
Empat perkara yang membuat orang apabila dapat melaksanakannya akan sempurna  agama islamnya, walaupun orang tersebut mulai dari ubun-ubun sampai dengan telapak kakinya penuh dengan kesalahan-kesalahannya. Keempat perkara tersebut yaitu :
  •   Benar
  •  Syukur
  •   Memiliki rasa malu
  •   Baik budi pekerti
Syukur itu condong akan hal-hal :
  •  Keilmuan
  •  Kesenangan
  •  ’Amal
Maka yang namanya ilmu itu mengetahui akan ni’mat dari yang memberinya ni’mat, yaitu Alloh SWT.
Yang namanya kesenangan itu akan sangat senang jika menerima hasil / ni’mat dari yang memberinya ni’mat tersebut, yaitu Alloh SWT.
Yang namanya ‘amal itu melaksanakan sesuatu yang diinginkan kemudian hasilnya / ni’matnya bagaimanapun ia sukai, karena ada yang telah memberinya hasil / ni’mat tersebut, yaitu Alloh SWT.
Menurut pendapat Syekh Syibli, syukur telah melihat akan ni’mat itu bukan hanya melihat ni’matnya saja. (berarti harus melihat siapa yang telah memberi ni’mat tersebut, tiada lain hanya Alloh SWT).
Sebagian ‘Ulama berpendapat, cara bersyukurnya orang bodoh itu hanya bila menerima makanan atau minuman saja, tetapi cara bersyukur orang yang mengerti akan ‘ilmu itu tetap datangnya ni’mat apapun adanya di dalam hati. (mungkin cara megucapkan syukurnya kepada Alloh SWT itu lebih bertawadho di dalam hati)
Dituqil dari cabang iman ke-33 Qomiut-thugyan ‘ala mandzumatunn syu’bul iman, syarah muhaqqiqu Assyekh Muhammad Nawawi Bin ‘Umar Rohimallohu lil imami Al-‘Alamah Assyekh Zaenuddin Bin ‘Ali Bin Ahmad Assyafi’iyu Alkausyani Al Mulyabariy, nafa’anallohu bihim .... aamiinn...
Seandanya kita tidak dapat melaksakannya, maka rusaklah cabang iman yang ke-33 ini. Laa haola walaa quwwata illaa billaah...
Bila adanya salah menerjemahan itu semata-mata datangnya dari hamba yang dhio’if, dan jika itu benar, maka datangnya dari Alloh SWT.
22 dzumadil akhir 1437 H.