Selasa, 30 April 2019

MALAIKAT-MALAIKAT ALLOH SWT


Jika ada pertanyaan kepada mu tentang seperti apakah iman mu akan adanya Malaikat-malaikatNya Alloh SWT?....
Maka jawaban mu adalah .......
Sesungguhnya Malaikat-malaikat Alloh SWT itu berbagai-bagai ashnaf / anwa’in / warna (rupa) yang banyak didalam tingkahnya, pekerjaanya dan rupanya.
1. Malaikat Hamalatul ‘Arsy (Penjaga ‘Arsy) ملائكة حملة العرش
Maka sebahagian dari Malaikat-malaikat itu adalah Malaikat Hamalatul ‘Arsy (Penjaga ‘Arsy). Mereka adalah Malaikat yang lebih tinggi kedudukannya. Yang pertama-tama akan adanya / wujudnya di dunya itu adalah empat dan di hari qiyamat itu adalah delapan dengan rupa seperti kambing kacang. Antara ujung kuku ke lututNya berjarak masa perjalanan 70 tahun jika dengan berjalan cepat.
Adapun sifat ‘arsy itu diriwayatkan, sesungguhnya ‘arsy itu intan permata yeng berwarna hijau. ‘Arsy itu adalah lebih agung-agungnya makhluk-makhluk yang telah diciptakan. Dan dipakai oleh ‘arsy setiap-tiap hari itu seribu warna dinding, tiada yang sanggup melihat ‘arsy yang diciptakan dari ciptaanNya Alloh SWT. Dan berbagai hal di dalam ‘arsy itu seperti lingkaran di dalam tempat yang luas. Diceritakan, sesungguhnya ‘arsy itu qiblatnya ahli langit, seperti halnya ka’bah itu qiblatnya ahli bumi.
2. Malaikat Hafun ملائكة حافون
Dan sebahagian dari Malaikat-malaikat itu adalah Malaikat Hafun. Berkata Syekh Wahab Bin Misbah, “Sesungguhnya yang mengitari / mengelilingi ‘arsy itu adalah 70.000 jajar dari Malaikat-malaikat yang bersayap di bagian belakangnya / punggungnya, yang mengelilingi ‘arsy dengan saling berhadapan. Maka disaat saling berhadapan, sebahagian Malaikat Hafun dengan Malaikat Hafun lainnya membaca tahlil, sebahagian lagi membaca takbir. Dan dari Malaikat Hafun yang saling berhadapan, ke bagian belakangnya terdapat 70.000 jajar / baris Malaikat sambil berdiri berhadapan dari lehernya Malaikat satu dengan jelas sampai leher Malaikat yang lainnya. Maka disaat sebahagian Malaikat membaca takbir, sebahagian lagi membaca tahlil, mereka saling meninggikan suaranya”.
Maka para sohabat membaca :
سُبْحَانَكَ اَللّٰهُمَّ وَبِحَمْدِكَ مَا اَعْظَمِكَ وَأَحْلِمْكَ أَنْتَ اللهُ لَا اِلٰهَ غَيْرُكَ أَنْتَ الْاَكْبَرُ وَالْخَلْقُ كُلِّهِمُ لَكَ رَاجِعُوْنَ
Dan dari baris ke belakang banyaknya Malaikat Hafun adalah 100.000 jajar Malaikat dengan melipatkan tangan kanan di atas tangan kirinya selain dari Malaikat Hafun.
Dari salah satu Malaikat kecuali membaca tasbeh, tidak ada yang tidak membacanya sampai Malaikat yang terakhir. Jarak antara sayap satu dengan sayap lain salah satu Malaikat itu riwayat perjalanan selama 800 tahun. Dan jarak antara cuping telinga salah satu Malaikat dengan pundak/bahunya riwayat perjalanan selama 400 tahun.
Alloh SWT membuatkan hijab/penghalang dari sekian banyaknya Malaikat dengan 70 hijab/penghalang ‘arsy dari cahaya berwarna hijau, dan 70 hijab/penghalang dari cahaya berwarna oranye, dan 70 hijab/penghalang dari mutiara  berwarna putih, dan 70 hijab/penghalang dari intan yaqut berwarna merah, dan 70 hijab/penghalang dari intan zabarjud berwarna hijau tua, dan 70 hijab/penghalang dari salju, dan 70 hijab/pengalang dari air, dan 70 hijab/penghalang dari embun.
Kesemuanya itu tidak ada yang mengetahuiNya kecuali hanya Alloh SWT semata.
3. Malaikat Ruhaniun ملائكة رحانيون
Dan sebahagian dari Malaikat-malaikat itu adalah Malaikat Ruhaniun. Diriwayatkan Malaikat ini berada di dalam bumi yang berwarna putih seperti putihnya mamer. Lebarnya bumi ini riwayat perjalanan matahari selama 40 hari, panjangnya bumi ini tiada yang mengetahuinya kecuali Alloh SWT. Dan Malaikat Ruhaniun bersuara laki-laki dengan membaca tasbeh dan tahlil, jika dibukakan atau diperdengarkan langsung suara salah satu Malaikat ini, maka pasti rusak ahli/penghuni bumi akan gemuruh suaranya salah satu Malaikat. Batas suaranya Malaikat ini sampai dengan Penjaga ‘arsy.
4. Malaikat Karobiyun ملائكة كروببون
Dengan patah kaf dan mengentengkan ro, Malaikat ini adalah Pemimpinnya Para Malaikat, mereka yang membangun ‘arsy.
5. Malaikat Safroh ملائكة سفرة
Artinya yang menjadi perantara antara Alloh SWT dengan Para AnbiyaNya Alloh SWT dan Para Solihin. Malaikat ini yang menyampaikan kepada Para Anbiya risalah-risalah dari Alloh SWT dengan wahyu, ilham dan rukyatnya yang benar, atau antara Alloh SWT dengan mahkluqNya Alloh SWT yang disampaikan oleh Malaikat ini kepada makhluqNya Alloh SWT tentang pekerjaan-pekerjaan terpuji yang diciptakan Alloh SWT.
Lafadz السفرة di sini adalah jama’nya lafadz سفرة dengan ma’na utusan, bukan jama’nya lafazd سافر yang berma’na penuqil/penyalin. Karena sesungguhnya Mushonnif (pengarang kitab) itu menjelaskannya bukan lafazd سافر, dengan menunjukan jumlahnya Malaikat ini yang empat, yaitu : Jibril, Mikail, Isrofil dan ‘Azroil (dengan patah ‘ain).
Malaikat Jibril adalah Malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu kepada seluruh Anbiya. Malaikat Mikail adalah Malaikat yang diberi tugas menurunkan hujan. Malaikat Isrofil adalah yang Malaikat diberi tugas meniup suara sangkakala, dengan meniup sangkakala ini, maka semua makhluq mati. Dan dengan tiupan ini kepada makhluq-makhluq hidup, maka akan memisahkan ruhnya dari jasadnya. Dan Malaikat ‘Azroil adalah Malaikat yang diberi tugas merenggut ruh-ruh. Maka disaat datang azalnya kepada hamba-hamba, maka memerintahkanlah Alloh SWT kepada Malaikat Maut untuk merenggut ruh hamba-hamba tersebut. Maka, disaat datang ruh sampai kerongkongan, melirik Malaikat Maut serta digenggamlah ruh dari tubuh makhluq oleh Malaikat Maut. Dan keluarnya ruh dari ubun-ubun itu seperti masuknya ruh ke dalam badan lewat ubun-ubun. Dan adapun terbukanya orang yang sedang sekarat itu adalah mulutnya pada saat ruhnya itu keluar. Maka banyak yang meriwayatkan karena amat sangatnya kesulitan-kesulitan orang yang melihat sekaratul maut tersebut. Ubun-ubun itu adalah tempat yang berdenyut di dalam kepala bocah.
6. Malaikat hafadzoh ملائكة حفظة
Berkata Syekh Muhammad Al-Kholiliy, telah meriwayatkan Sayyidina Ustman Bin ‘Affan RA, itu ketika bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, berapakah dari jumlah Malaikat yang berada di sekitar para insan? Maka Nabi SAW menjawab : ada 20 Malaikat, sebagian Malaikat yang berada di sebelah kanan itu adalah yang mencatat ‘amal-’amal baik mu, dan sabagian lagi memberikan keamanan dibagian kiri mu. Disaat engkau berbuat satu ‘amal baik, maka dituliskan sepuluh, dan disaat engkau berbuat ‘amal jelek, maka mengucap Malaikat itu kepada Malaikat sebelahnya yang berada di sebelah kiri, “apakah perlu aku tuliskan?” Maka menjawab Malaikat yang disebelahnya, “ tunda dulu menulismu selama tujuh jam untuk orang ini”, maka ‘amalnya pun belum ditulis, seraya menjawab, “baik”. Berkata lagi Malaikat yang disebelahnya, “ditulis ‘amalnya jika sudah mengizinkan Alloh SWT kepada kita.”
Maka nama Malaikat yang berada di sebelah kanan itu adalah Malaikat Roqib yang bertugas menuliskan yang baik-baik dan yang berada disebelah kiri adalah Malaikat ‘Atid yang bertugas menuliskan keburukan-keburukan.
Kedua Malaikat itu berada diantara kedua sisimu dan dari belakangmu.
Malaikat ini yang memegang ubun-ubunmu, ketika engkau berendah diri kepada Alloh SWT, maka kemudian mengangkatmu. Dan ketika engkau angkuh kepada Alloh SWT, maka kemudian melemahkanmu. Kedua Malaikat ini menutup mulutmu saat tidak ada perlindungan kepadamu, kecuali hanya membaca solawat kepada Nabi SAW. Malaikat ini menjaga bicara mu agar tidak dibiarkan seperti ular berbisa atau singa yang masuk dalam pembicaraan (obrolan). Kedua Malaikat ini menjaga pandangan mata mu, dan dikatakan sesungguhnya nama kedua Malaikat ini adalah شوية (sedikit), maka jumlah seluruhnya itu hanya 10 Malaikat yang diperintahkan untuk melindungi setiap-tiap anak Adam. Maka diturunkanlah Malaikat malam hari untuk menggantikan Malaikat siang hari, maka jumlah seluruhnya Malaikat itu ada 20 yang melindungi anak Adam.
7. Malaikat Katabatun  ملائكة كتبة
Malaikat ini adalah Para Malaikat yang mencatat/menyalin di lauhilmahfudz (papan yang dijaga). Mereka adalah Malaikat-malaikat mulya yang menuliskan. Sebahagian Malaikat ini memiliki sayap, dua sayap dua sayap untuk setiap-tiap satu sayap dari Malaikat ini, dan tiga tiga untuk macam/bagian yang akhir sayap dari Malaikat ini, dan empat empat untuk macam/bagian yang akhir sayap dari Malaikat ini. Dan menambahkan Alloh SWT dalam menciptakan sayap-sayap selain bermacam-macam sesuai kehendak dalam suatu hal dan pengambilan keputusan.
Pemberitahuan, telah berkata ahli tata bahasa, bahwa lafadz حملة, سفرة, حفظة dan كتبة dengan fatah pada hurup-hurup awalnya yang tiga, semuanya adalah jama’nya lafazd حمل, سفير, حافظ dan كاتب .
Semua Malaikat-malaikat itu adalah makhluq-makhluqNya, artinya yang berwujud semuanya atas ciptaan Alloh SWT yang patuh semuanya tidak seperti selain Malaikat-malaikat, hambaNya Alloh SWT. Maka tidak ada yang bekata apapun sehingga menurut saja atas apa yang diucapkan/perintahkan oleh Alloh SWT seperti perintah mengucapkan/diperintahkan sesuatu.
Mareka adalah hamba yang bertatakrama. Tidak ada yang disifati dengan laki-laki seperti dalam dongeng dan tidak pula disifati perempuan. Maka barang siapa bertekad bahwa rupa perempuan kepada Para Malaikat atau bersifat seperti perempuan, maka orang tersebut adalah kafir atas pendapat para ‘ulama. Dan barang siapa bertekad bahwa Malaikat itu adalah laki-laki, maka orang itu fasik.
Tiada mereka memiliki syahwat, artinya tidak menjadikan rindu akan nafsu syahwat. Tiada memiliki hawa nafsu.
Maka yang dikatakan nafsu itu ada tujuh martabat :
1.     Nafsu amarah, tempatnya di dalam dada, wujudnya adalah kikir, rakus, hasud, bodoh, merasa besar, syahwat dan benci;
2.     Maka selanjutnya nafsu lawwamah, tempatnya di dalam hati, hati itu tempatnya di atas pentil susu sebelah kiri dengan jarak kadar dua ruas jari, wujudnya adalah mencela, hawa nafsu, menipu/khianat, angkuh, mengumpat, riya, dzolim, bohong dan lalay/pura-pura lupa;
3.     Maka selanjutnya nafsu malhamah, tempatnya itu di ruh, tempatnya ruh di atas pentil susu sebelah kanan dengan jarak kadar dua ruas jari, wujudnya adalah sakhowah (dermawan), qona’ah (secukupnya), halim (pemurah hati), tawadlo’a (bertatakrama), taobat (banyak bertobat), sobar dan menanggung masalah dengan sabar;
4.     Maka selanjutnya nafsu muthmainnah, tempatnya itu samar, samar itu tempatnya adalah arah pentil susu bagian kiri dengan jarak kadar dua ruas jari mengarah ke dada, wujudnya adalah kerelaan, tawakal, ‘ibadah, syukur dan ridlo
5.     Maka selanjutnya nafsu rodliah, tempatnya itu samar di tempat rahasia, karena barangkali maksud bentuk samarnya ini yang berjasad-jasad ( قالب : dengan hurup alif setelah hurup qof, dengan fatah pada hurup lam. Kalimat ini adalah jama’nya kalimat الجسد ), wujudnya itu adalah mulya, zuhud, ikhlash, waro’i, berakhlaq dan amanah;
6.     Maka selanjutnya nafsu mardliyah, tempatnya itu tersembunyi, terletak mengarah ke pentil susu sebelah kanan dengan jarak kadar dua ruas jari ke tengah-tengah dada, wujudnya bagus akhlak/budi, meninggalkan hal-hal lain terkecuali yang diperbolehkan Alloh SWT, belas kasihan dengan sesama makhluq, berani bertanggung jawab atas kebenaran dan pemaaaf atas kesalahan, kesukaannya condong kepada makhluq yang bisa keluar dari karakter tubuh makhluq suka kegelapan (selalu ma’siat) sampai menjadi terang (benar) dari macam-macam makhluq;
7.     Maka selanjutnya nafsu kamilah, tempatnya itu labih samar, barada di tengah-tengah dada, wujudnya adalah ’alimil yaqin, ‘ainil yaqin dan haqul yaqin.
Malaikat-malaikat tidak mempunyai bapak dan ibu. Maka sesungguhnya Malaikat-malaikat itu adalah jasad-jasad sebangsa nuroniah (cahaya), artinya umumnya makhluq-makhluq yang diciptakan dari cahaya.
Dan mungkin ada sebahagian Malaikat itu makhluq yang diciptakan dari tetesan-tetesan yang menetes pada saat Malaikat Jibril AS  berkeringat ketika merasakan panasnya di atas ‘arsy. Mereka berdiri berbagai macam dari macam-macam yang berbeda-beda.
Para Malaikat tidak minum dan tidak makan. Dan tidak juga tidur, melanggengkan mereka dengan tidak tidur sebagaimana Alloh SWT berfirman
يُسَبِّحُوْنَ اللَّيْلَ وَ النَّهَارَ لَا يَفْتُرُوْنَ
, maka jarang tidur sendirian seperti merasa ingin tidurnya manusia, tidak merasa terampas waktu tidurnya lain hal dengan manusia, maksudnya dari keta’atan dan ketadaburanNya. Mereka tidak berpuasa kepada Alloh SWT, apa yang diperintah Alloh SWT kepadaNya mereka laksanakan dengan tidak menyuruhnya lagi kepada yang lainnya. Firman Alloh SWT
يَخَافُوْنَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيِفْعَلُوْنَ  مَا يُؤْمَرُوْنَ
, artinya dalam ta’atnya dan tadabburnya. Dan telah berfirman Alloh SWT
بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُوْنَ , لَا يَسْبِقُوْنَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُوْنَ
Sebaliknya Malaikat itu adalah hamba dari hamba-hambaNya Alloh SWT yang diperintahkan dengan dipelihara dari terpelesetnya (kesalahannya), tidak mendahuluinya sebelum ada izin Alloh SWT. Mereka melaksanakan perintah Alloh SWT bila sudah diperintah Alloh SWT itu mereka terima, karena sesungguhnya mereka melaksanakan tujuan dibawah pengawasan Alloh SWT kepadanya. Maka terkumpullah bakti diantara perintah dan ucapan itu mencapai puncak kebaktiannya.
Kecintaannya di dalam hati itu jadi syarat sahnya iman. Dan yang sebahagiannya itu adalah kafir, karena firman Alloh SWT : “Setiap-tiap makhluq itu harus iman kepada Alloh SWT, Malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan Rosul-rosulNya.”
Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penafsiran dan penuqilan, itu semata-mata dari hamba yang do’if oleh ilmu.....
Senin, 29 April 2019 M / 23 Sya’ban 1440 H.
Dituqil dari kitab qotrulgoes, dari syarah masail Abil Laesa oleh Imam Nashor Bin Muhammad Bin Ahmad Bin Ibrohim Assamarqondiy, taklif Syekh Muhammad Nawawi Bin ‘Umar Bin ‘Arobiyyi Assyafi’iyi Aljawiy.

Rabu, 14 November 2018

TAUHID KEIMANAN



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Maka nama lafadz Al-Jalalah itu tidak ada dengan yang dimusytaq dan tidak pula yang dimanqul.
Dan lafadz Al (ال)  itu ditambahkan yang tetap lazimnya (yang perlu) tidak untuk diperselisihkan. Sebaliknya sisipan lafadz Al (ال) itu seperti kedalam lafadz Al-Jalalah.
Lafadz Al-Jalalah itu adalah nama jamaknya dari kumpulan nama-nama Alloh yang bagus dan sifat-sifat Alloh yang sangat luhur.
Lafadz Arrohman (الرحمن) itu adalah yang banyak mengasihi atas ni’mat-ni’mat yang besar (agung). Contohnya ni’mat bisa mencari ‘ilmu, sehingga mendapat ridhoNya Alloh SWT untuk mendapatkan ni’mat agung, yaitu masuk ke surgaNya Alloh SWT.
Lafadz Arrohim (الرحيم) itu adalah yang banyak mengasihi atas ni’mat-ni’mat yang kecil. Contohnya yaitu menerima segala keni’matan setelah berada di dalam surgaNya Alloh SWT.
Menentukan nama tasmiyah ke dalam nama-nama itu adalah diberinya ni’mat-ni’mat kepada orang-orang yang bijaksana (‘arif; ‘alim), yang berhaq menerimanya (mustahiqnya). Yang sesungguhnya telah bertanya mustahiq tersebut didalam berbagai macam persoalan-persoalan keagamaan yang bangsa haqiqi, siapa yang telah memberikan seluruh keni’matan-keni’matan ini, siapa yang telah memberikan agungnya (besarnya) ni’mat, siapa yang telah memberikan sedikitnya  (kecilnya) ni’mat.
Tetapinya telah memulainya pengarang kitab ini, yaitu Syekh Muhammad Nawawi Bin ‘Umar Bin ‘Arobi Assyafi’i dengan menulis lafadz basmalah, dengan mengikuti kitab-kitab samawiyah, dan mengamalkan berbagai hadist marwiyyah. Sebagaimana telah diriwayatkan sabda Rosulalloh SAW, sesungguhnya Beliau bersabda : “Tatkala menulis seorang hamba lafadz basmalah (بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ لرَّحِيْمِ) pada papan (kayu) atau ke dalam tulisan-tulisan, maka sesungguhnya telah menuliskan para malaikat kepadanya pahala-pahala, dan memintakannya pengampunan selama tulisan lafadz tersebut masih terdapat nama Alloh SWT yang telah ditulis pada papan (kayu) atau pun ke dalam tulisan-tulisan.”
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ وَالْعَا قِبَةِ لِلْمُتَّـقِيْنَ
Artinya Alloh SWT yang menciptakan seluruh makhluk, dan pahala dari yang dipuji (Alloh SWT) untuk orang-orang yang bertaqwa (orang-orang yang meninggalkan kema’siyatan).
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلى سّيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأّصْحَابِه وَآلِهِ
Kehormatan (artinya tambah-tambah kehormatan dari Alloh SWT yang berhubungan dengan keagungan) dan keselamatan dari Alloh SWT semoga tetap dilimpahkan kepada Tuan kita Nabi Muhammad SAW, putera dari ‘Abdulloh yang paling sempurna dijadikan budi pekertiNya, yang diutus di Mekkah, dan dimakamkan di Madinah yang mulya, juga kepada keluargaNya yang seiman, juga kepada para sohabatNya yang selalu berkumpul bersama Nabi Muhammad SAW sampai akhir hayatNya setelah mendapat pangkat kenabian, yaitu orang yang beriman bersama Nabi SAW. Para sohabat yang masih hidup ketika wafatNya Rosulalloh SAW itu berjumlah 124.000, rodiyallohu ‘anhum ajma’in, sama jumlahnya seperti jumlahnya para Nabi dan seperti jumlahnya para Wali di tiap-tiap zaman.
Sebuah permasalahan, ketika ada pertanyaan kepadamu yaa orang yang beriman, SEPERTI APAKAH IMAN ITU? (ما الإيمان) Artinya pertanyaan yang berkenaan dengan haqiqat (pertingkah) keimanan yang membenarkan keimanan.
Maka jawabanmu adalah :
آمنت بالله و ملا ئكته و كتبه و رسله و اليوم الأخر و القدر خيره و شره من الله تعالى
telah beriman aku (artinya dengan membenarkan dan menetapkan) :
kepada Alloh SWT, dan;
kepada Malaikat-malaikatNya, dan;
kepada Kitab-kitabNya, dan;
kepada Rosul-rosulNya, dan;
kepada hari akhir (qiyamat), dan;
kepada taqdir yang baik dan tidak baik itu datangnya tetap dari Alloh SWT.

Hal ini telah diriwayatkan hadistnya oleh Imam Muslim RA menerima dari tuan kita, ‘Umar RA dari penuturan malaikat Jibril AS.
Sebaliknya bila mengambil dari riwayatnya Imam Bukhori RA menerima dari Abi Huraeroh RA mengambil dari penuturan malaikat Jibril AS, maka untuk jawaban mu adalah dari hadist :
آمنت بالله و ملائكته و بلقائه و رسله و بالبعث
Telah beriman aku :
Kepada Alloh SWT, dan;
Kepada Malaikat-malaikatNya, dan ;
Kepada taqdirNya, dan;
Kepada Rosul-rosulNya, dan;
Kepada hari kebangkitan

Makna dari membenarkan adalah percaya dengan wujud adanya Alloh SWT dan dengan sifat-sifat yang wajibNya Alloh SWT. Dan percaya adanya Malaikat-malaikat, sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba yang mulya semuanya. Dan percaya dengan pandangan Alloh SWT di dalam desa akherat diperuntukan bagi yang selalu beriman kepadaNya. Dan percaya dengan sesungguhnya RosulNya Alloh itu yang benar semuanya didalam menyampaikan perintah-perintah dari Alloh SWT. Dan percaya dengan akan dibangkitkan kembali dari qubur.
Telah berkata sebahagian ‘Ulama, “Orang harus mempelajarinya dimulai sejak masih kecil dari lafadz tauhid tersebut.” Yaitu lafadz :
آمنت بالله و ملا ئكته و كتبه و رسله و اليوم الأخر و القدر خيره و شره من الله تعالى
Mengetahui sesungguhnya lafadz tersebut adalah hal-hal yang harus DIIMANKAN, kecuali sesungguhnya orang itu tidak membenarkan keterangan lafadz tersebut, maka tidak mengokohkan orang itu dengan imannya.
Dan telah berkata sebahagian ‘Ulama : “Iman bangsa awak-awakan itu adalah tingkah atau perilaku yang seakan-akan terputus.” Artinya (perumpamaanya) waktu datangnya sakarotul maut ketika seakan-akan yang terlihat itu tempat awak-awakannya berada di dalam surga atau di dalam neraka, tidak dapat diterima jika masih belum melaksanakan (melakoni) perkara-perkara awak-awakan dari dua pilihan tadi. Maka sesungguhnya seorang hamba harus bisa menyelamatkan diri sendiri (bisa memilih cara selamat sendiri) di tempat-tempat baru tersebut yang pastinya akan dilalui oleh setiap hamba.
Seperti telah diriwayatkan dari Nabi SAW, sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda : “Sesungguhnya seorang hamba itu pasti akan mati, sehingga pasti akan terlihat olehnya tempat di dalam surga atau di dalam neraka.”
Dengan memilih bertobat maka ia dapat memutuskan sendiri pilihannya, yaitu untuk dapat masuk ke dalam surga. Maka sesungguhnya tobat itu dapat diterima setelah sehat imannya seorang hamba.
Seperti telah diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, sesungguhnya beliau berkata, telah bersabda Rosulullah SAW : “Diterimanya tobat seorang hamba mukmin itu tidak akan diterima (artinya tidak akan diterima lagi tobatnya jika napas sudah sampai kerongkongan pada saat sakaratul maut).”
Perlu kalian ketahui bahwasanya beriman kepada Alloh SWT itu ada tiga bagian, yaitu iman taqlidi, iman tahqiqi dan iman istidlali.
a.    Iman Taqlidi
Maka yang disebut iman taqlidi itu adalah sesungguhnya telah bertekad seseorang dengan wahdaniyatNya (tunggalNya) Alloh SWT berdasarkan petunjuk dan ajakan dari ‘ulama tanpa adanya pertanda (petunjuk) langsung dari Alloh SWT. Jenis iman ini adalah jenis iman yang diberitahukan (oleh ‘ulama) yang pada awalnya orang ini masih ragu-ragu, masih meragukan keimanannya sebelum adanya petunjuk dari ‘ulama.
b.    Iman Tahqiqi
Iman tahqiqi itu adalah tergulung (fokus) hatinya seorang hamba akan wahdaniyatNya (tunggalNya) Alloh SWT yang sekiranya walaupun telah menjadikannya Alloh SWT kepadanya seorang ahli ‘ilmu yang sudah melipat (kokoh) iman didalam hatinya dari terpelesetnya iman yang didapat dalam hatinya.
c.    Iman Istidlali
Iman istidlali itu adalah melihat seorang hamba dari yang diciptakan kepada yang menciptakan dan dari jejak peninggalan kepada yang di jejak tinggalkan. Maka hal itulah yang menuduhkannya. Dan dari yang dibangun itu menuduhkan kepada yang membangun. Dan dari yang diciptakan menuduhkan kepada yang menciptakan. Dan misalnya dari hewan unta itu juga menjadi petuduh siapa yang telah menciptakan unta. Dan dari jejak-jejak peninggalan tersebut jika tidak ada yang dijejak tinggalkan itu adalah mestinya ada yang mengawalinya atau pun menciptakannya.

Demikian disampaikan. Bila ada kesalahan dalam pengalih bahasa tuqilan, mohon dimaafkan, hal itu semata-mata dari hamba yang do’if, dan bila itu benar maka datangnya dari Alloh SWT.

Senin, 29 Oktober 2018 M / 20 sofar 1440 H

Dituqil dari      : شرح قطر الغيث
Karangan         : شيخ محمد نووى الجوى

Rabu, 03 Oktober 2018

JUMLAH CABANG-CABANG IMAN



إِيْمَانُنَا بِضْعٌ وَعَيْنٌ شُعْبَةً  -  يَسْتَكْمِلَنْهَا أَهْلُ فَضْلٍ يَعْظُمُ
IMAN UNTUK KITA ITU ADA TUJUH PULUH TUJUH CABANG
LAKSANAKANLAH DENGAN KESEMPURNAAN SEMUA CABANG IMAN TERSEBUT
MAKA KAU AKAN MENJADI ORANG YANG PALING MULYA DAN PALING AGUNG






Aku berniat (penulis kitab syarah  قمع التغيان  ini yaitu Syekh Nawawi Albantani), sesungguhnya untuk dapat menghasilkan (mengerjakan) cabang-cabang dari semua iman yang tujuh puluh tujuh cabang ini.
Seperti sabda Nabi Muhammad SAW : “Macam-macam iman itu ada tujuh puluh tujuh cabang, maka yang lebih utama iman adalah membaca lafadz  لا إله الاالله ,dan yang lebih rendah-rendahnya iman itu adalah membuang sampah di jalan umum, dan mempunyai rasa malu itu adalah termasuk dalam cabang iman.” Telah diriwayatkan tentang hadist ini oleh ahli-ahli hadist.
Dalam fiqih kita diwajibkan beriman dalam tujuh cabang iman, diantaranya :
1.    Iman kepada Robb mu, yaitu Alloh SWT
2.    Iman kepada malaikat-malaikat-Nya Alloh SWT
3.    Iman kepada kitab-kitab-Nya Alloh SWT
4.    Iman kepada nabi-nabi-Nya Alloh SWT
5.    Iman kepada hari akan dirusak-Nya ‘alam, yaitu qiyamat
6.    Iman kepada qodho dan qodar yang baik dan tidak baik
Berkata penulis kitab ini, lafadz إِيْمَانُنَا  itu artinya cabang-cabang iman.
Kemudian berkata penulis kitab ini, lafadz بِضْعٌ dengan kasroh hurup BA (ب) dan (ataupun) fatah BA (ب), ma’nanya menurut Syekh Jalil adalah tujuh, itu adalah murod ini.
Kemudian berkata penulis kitab ini, lafadz وَعَيْنٌ  ma’nanya adalah tujuh puluh, karena hurup ‘AIN itu sama dengan tujuh puluh, seperti hurup HAMZAH (ء) sama dengan satu, dan hurup YA (ي) dibawah sepuluh, sedangkan huruf QOF (ق) sama dengan seratus, dan huruf GIN (غ) seukuran dengan seribu.
Kemudian berkata penulis kitab ini, lafadz  شُعْبَةً itu adalah nisob tamyiz.
Kemudian berkata penulis kitab ini, lafadz يَسْتَكْمِلَنْهَا  dengan NUN (ن) taukid ringan dan hurup SIN (س) karena bilangan (hitungan) atau karena latob, ini adalah fi’il madore’ dan fa’ilnya lafadz tadi.
Kemudian berkata penulis kitab ini, lafadz أَهْلُ فَضْلٍ  dengan membuang atau menghilangkan tanwin karena wazan, maknanya adalah orang yang dimulyakan, itu perumpamaanya.
Didalam tujuh puluh tujuh cabang iman ini akan menyempurnakan nafsu, karena jika dapat melaksanakan semuanya, itu akan memperbaiki segala permasalahan dunya dan memperbaiki segala permasalahan akherat.
Pelajarilah semua cabang iman tersebut.
1.    Beriman kepada Alloh SWT
2.    Beriman kepada para Rasul Alloh 'alaihim as-salaam
3.    Beriman kepada para malaikat Alloh
4.    Beriman kepada Al-Quran dan semua kitab yang terdahulu
5.    Beriman kepada qadar (ketentuan) dari Allah, yang baik maupun yang buruk
6.    Beriman kepada hari akhir
7.    Beriman kepada kebangkitan setelah kematian
8.   Beriman bahwa manusia akan dikumpulkan (di mahsyar) setelah mereka dibangkitkan, sampai mereka dipanggil satu per satu menghadap Alloh
9.   Beriman bahwa tempat tinggal kaum beriman di akhirat adalah surga, sementara tempat tinggal kaum kafir adalah neraka
10.  Beriman kepada wajibnya mahabbah (mencintai) Alloh SWT
11.  Beriman kepada wajibnya khouf (merasa takut) kepada Alloh SWT
12.  Beriman kepada wajibnya roja' (berharap) kepada Alloh SWT
13.  Beriman kepada wajibnya tawakkal (bersandar) kepada Alloh SWT
14.  Beriman kepada wajibnya mencintai Nabi shollallohu 'alaihi wa alihi wasallam
15.  Beriman kepada wajibnya mengagungkan, menghormati dan memuliakan Nabi shallallohu 'alaihi wa alihi wasallam
16.  Tidak rela melepas agamanya, sampai tingkatan lebih suka dilemparkan ke dalam api daripada menjadi kafir
17.  Mencari ilmu
18.  Menyebarkan ilmu
19. Mengagungkan Al-Qur'an, yakni dengan mempelajari, mengajarkan, memelihara batas-batas serta hukum yang ditetapkannya, memahami halal-haramnya, menghormati ahli Al-Qur'an dan para hafizh-nya, menangis tatkala mendengar janji dan ancaman Alloh SWTdi dalamnya
20.  Bersuci
21.  Sholat lima waktu
22.  Zakat
23.  Puasa
24.  I'tikaf
25.  Hajji
26.  Jihad
27.  Berjaga di medan perang (ribath) di jalan Alloh SWT
28.  Teguh menghadapi musuh dan tidak melarikan diri (desersi) dari medan perang
29. Bagi yang mendapat ghanimah, menyerahkan seperlima darinya untuk imam dan para pejabat yang ditunjuk untuk mengumpulkannya
30.  Memerdekakan budak semata-mata mengharap bertemu Alloh SWT
31.  Menunaikan kaffarat yang wajib bagi yang melanggar hukum jinayat
32.  Memenuhi janji
33.  Menghitung-hitung nikmat Alloh dan mensyukurinya
34.  Menjaga lisan dari hal-hal yang tidak ada perlunya
35.  Menjaga amanat dan menunaikannya kepada yang berhak
36.  Mengharamkan pembunuhan dan tindakan jinayat kepada siapapun
37.  Mengharamkan kemaluan dari hal terlarang dan berusaha mejaga kehormatan diri
38.  Menahan tangan dari harta (yang bukan haknya)
39.  Wajib bersikap wara' dalam hal makanan, minuman, dan menjauhi hal-hal yang tidak dihalalkan
40.  Tidak mengenakan pakaian atau menggunakan wadah-wadah yang haram atau makruh
41.  Mengharamkan permainan dan kegiatan selingan yang bertentangan dengan syari'at
42.  Berhemat dalam membelanjakan harta dan mengharamkan makan harta secara batil
43.  Meninggalkan dendam dan iri dengki
44.  Mengharamkan merusak kehormatan orang lain dan tidak menodainya dengan cara apapun
45.  Mengikhlaskan amal semata-mata untuk Alloh SWT dan tidak riya'
46.  Merasa gembira terhadap kebaikan dan sedih terhadap keburukan
47.  Mengobati setiap dosa dengan bertaubat
48.  Berkurban, termasuh kurban dalam rangkaian ibadah haji, sembelihan kurban di luar ibadah haji, dan akikah
49.  Menaati perintah
50.  Berpegang teguh terhadap apa yang dipegangi oleh jamaah kaum muslimin
51.  Menetapkan hukum diantara manusia secara adil
52.  Amar ma'ruf nahi munkar
53.  Saling menolong dalam kebajikan dan taqwa
54.  Mempunyai rasa malu
55.  Berbakti kepada kedua orang tua
56.  Menyambung tali persaudaraan (silaturrahim)
57.  Berakhlaq yang baik
58.  Berbuat ihsan kepada budak, termasuk pembantu
59.  Hak seorang majikan atas budaknya
60.  Hak anak dan keluarga
61.  Bergaul akrab dengan orang yang taat beragama, mencintai mereka, menebarkan salam kepada mereka, berjabat tangan dengan mereka, dan beragam tindakan lain yang dapat mempererat jalinan cinta kasih dengan mereka
62.  Menjawab salam
63.  Menjenguk orang sakit
64.  Menyalati jenazah sesama muslim
65.  Mendoakan orang yang bersin
66.  Menjauhi orang-orang kafir dan orang-orang yang suka menebar kerusakan, serta bersikap keras kepada mereka
67.  Memuliakan tetangga
68.  Memuliakan tamu
69.  Menutupi kesalahan orang-orang yang berdosa
70.  Bersabar menghadapi musibah dan segala yang menarik bagi jiwa, yakni kelezatan dan syahwat
71.  Zuhud dan pendek angan-angan
72.  Cemburu dan tidak mengizikan pergaulan bebas
73.  Berpaling dari hal yang main-main
74.  Murah hati dan dermawan
75.  Menyayangi yang lebih kecil (muda) dan menghormati yang lebih tua
76.  Mendamaikan dua orang yang bersengketa
77.  Mengharap agar saudaranya sesama muslim memperoleh sesuatu yang dia pun sangat mengharapkannya untuk dirinya sendiri, juga membenci jika saudaranya mendapat sesuatu yang ia sangat membencinya jika menimpa dirinya sendiri

Demikian disampaikan tentang tuqilan kitab ini, mohon ma’af bila ada salah penafsiran, hal itu semata-mata dari hamba yang dho’if dan fakir oleh ‘ilmu......
15 Muharrom 1440 H / 25 September 2018 M.
Dituqil dari kitab             : قمع التغيان
Karangan                      : Syekh Nawawi Albantani Aljawi
Perihal                          : Jumlah cabang iman