Jika
ada pertanyaan kepada mu tentang seperti apakah iman mu akan adanya
Malaikat-malaikatNya Alloh SWT?....
Maka
jawaban mu adalah .......
Sesungguhnya
Malaikat-malaikat Alloh SWT itu berbagai-bagai ashnaf / anwa’in / warna (rupa)
yang banyak didalam tingkahnya, pekerjaanya dan rupanya.
1.
Malaikat Hamalatul ‘Arsy (Penjaga ‘Arsy) ملائكة حملة العرش
Maka
sebahagian dari Malaikat-malaikat itu adalah Malaikat Hamalatul ‘Arsy
(Penjaga ‘Arsy). Mereka adalah Malaikat yang lebih tinggi kedudukannya. Yang
pertama-tama akan adanya / wujudnya di dunya itu adalah empat dan di hari
qiyamat itu adalah delapan dengan rupa seperti kambing kacang. Antara ujung
kuku ke lututNya berjarak masa perjalanan 70 tahun jika dengan berjalan cepat.
Adapun
sifat ‘arsy itu diriwayatkan, sesungguhnya ‘arsy itu intan permata yeng
berwarna hijau. ‘Arsy itu adalah lebih agung-agungnya makhluk-makhluk yang
telah diciptakan. Dan dipakai oleh ‘arsy setiap-tiap hari itu seribu warna
dinding, tiada yang sanggup melihat ‘arsy yang diciptakan dari ciptaanNya Alloh
SWT. Dan berbagai hal di dalam ‘arsy itu seperti lingkaran di dalam tempat yang
luas. Diceritakan, sesungguhnya ‘arsy itu qiblatnya ahli langit, seperti halnya
ka’bah itu qiblatnya ahli bumi.
2.
Malaikat Hafun ملائكة حافون
Dan
sebahagian dari Malaikat-malaikat itu adalah Malaikat Hafun. Berkata Syekh
Wahab Bin Misbah, “Sesungguhnya yang mengitari / mengelilingi ‘arsy itu adalah
70.000 jajar dari Malaikat-malaikat yang bersayap di bagian belakangnya /
punggungnya, yang mengelilingi ‘arsy dengan saling berhadapan. Maka disaat
saling berhadapan, sebahagian Malaikat Hafun dengan Malaikat Hafun lainnya
membaca tahlil, sebahagian lagi membaca takbir. Dan dari Malaikat Hafun yang
saling berhadapan, ke bagian belakangnya terdapat 70.000 jajar / baris Malaikat
sambil berdiri berhadapan dari lehernya Malaikat satu dengan jelas sampai leher
Malaikat yang lainnya. Maka disaat sebahagian Malaikat membaca takbir, sebahagian
lagi membaca tahlil, mereka saling meninggikan suaranya”.
Maka
para sohabat membaca :
سُبْحَانَكَ اَللّٰهُمَّ وَبِحَمْدِكَ مَا
اَعْظَمِكَ وَأَحْلِمْكَ أَنْتَ اللهُ لَا اِلٰهَ غَيْرُكَ أَنْتَ الْاَكْبَرُ
وَالْخَلْقُ كُلِّهِمُ لَكَ رَاجِعُوْنَ
Dan
dari baris ke belakang banyaknya Malaikat Hafun adalah 100.000 jajar Malaikat
dengan melipatkan tangan kanan di atas tangan kirinya selain dari Malaikat
Hafun.
Dari
salah satu Malaikat kecuali membaca tasbeh, tidak ada yang tidak membacanya
sampai Malaikat yang terakhir. Jarak antara sayap satu dengan sayap lain salah
satu Malaikat itu riwayat perjalanan selama 800 tahun. Dan jarak antara cuping
telinga salah satu Malaikat dengan pundak/bahunya riwayat perjalanan selama 400
tahun.
Alloh
SWT membuatkan hijab/penghalang dari sekian banyaknya Malaikat dengan 70
hijab/penghalang ‘arsy dari cahaya berwarna hijau, dan 70 hijab/penghalang dari
cahaya berwarna oranye, dan 70 hijab/penghalang dari mutiara berwarna putih, dan 70 hijab/penghalang dari
intan yaqut berwarna merah, dan 70 hijab/penghalang dari intan zabarjud
berwarna hijau tua, dan 70 hijab/penghalang dari salju, dan 70 hijab/pengalang
dari air, dan 70 hijab/penghalang dari embun.
Kesemuanya
itu tidak ada yang mengetahuiNya kecuali hanya Alloh SWT semata.
3.
Malaikat Ruhaniun ملائكة رحانيون
Dan
sebahagian dari Malaikat-malaikat itu adalah Malaikat Ruhaniun. Diriwayatkan
Malaikat ini berada di dalam bumi yang berwarna putih seperti putihnya mamer. Lebarnya
bumi ini riwayat perjalanan matahari selama 40 hari, panjangnya bumi ini tiada
yang mengetahuinya kecuali Alloh SWT. Dan Malaikat Ruhaniun bersuara laki-laki
dengan membaca tasbeh dan tahlil, jika dibukakan atau diperdengarkan langsung suara
salah satu Malaikat ini, maka pasti rusak ahli/penghuni bumi akan gemuruh
suaranya salah satu Malaikat. Batas suaranya Malaikat ini sampai dengan Penjaga
‘arsy.
4.
Malaikat Karobiyun ملائكة كروببون
Dengan
patah kaf dan mengentengkan ro, Malaikat ini adalah Pemimpinnya Para Malaikat,
mereka yang membangun ‘arsy.
5.
Malaikat Safroh ملائكة
سفرة
Artinya
yang menjadi perantara antara Alloh SWT dengan Para AnbiyaNya Alloh SWT dan
Para Solihin. Malaikat ini yang menyampaikan kepada Para Anbiya risalah-risalah
dari Alloh SWT dengan wahyu, ilham dan rukyatnya yang benar, atau antara Alloh
SWT dengan mahkluqNya Alloh SWT yang disampaikan oleh Malaikat ini kepada
makhluqNya Alloh SWT tentang pekerjaan-pekerjaan terpuji yang diciptakan Alloh
SWT.
Lafadz
السفرة di sini adalah jama’nya lafadz سفرة dengan ma’na utusan, bukan jama’nya lafazd
سافر yang berma’na penuqil/penyalin. Karena sesungguhnya
Mushonnif (pengarang kitab) itu menjelaskannya bukan lafazd سافر, dengan menunjukan jumlahnya Malaikat ini
yang empat, yaitu : Jibril, Mikail, Isrofil dan ‘Azroil (dengan patah ‘ain).
Malaikat
Jibril adalah Malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu kepada seluruh Anbiya.
Malaikat Mikail adalah Malaikat yang diberi tugas menurunkan hujan. Malaikat
Isrofil adalah yang Malaikat diberi tugas meniup suara sangkakala, dengan
meniup sangkakala ini, maka semua makhluq mati. Dan dengan tiupan ini kepada
makhluq-makhluq hidup, maka akan memisahkan ruhnya dari jasadnya. Dan Malaikat
‘Azroil adalah Malaikat yang diberi tugas merenggut ruh-ruh. Maka disaat datang
azalnya kepada hamba-hamba, maka memerintahkanlah Alloh SWT kepada Malaikat
Maut untuk merenggut ruh hamba-hamba tersebut. Maka, disaat datang ruh sampai
kerongkongan, melirik Malaikat Maut serta digenggamlah ruh dari tubuh makhluq
oleh Malaikat Maut. Dan keluarnya ruh dari ubun-ubun itu seperti masuknya ruh
ke dalam badan lewat ubun-ubun. Dan adapun terbukanya orang yang sedang sekarat
itu adalah mulutnya pada saat ruhnya itu keluar. Maka banyak yang meriwayatkan karena
amat sangatnya kesulitan-kesulitan orang yang melihat sekaratul maut tersebut.
Ubun-ubun itu adalah tempat yang berdenyut di dalam kepala bocah.
6.
Malaikat hafadzoh ملائكة
حفظة
Berkata
Syekh Muhammad Al-Kholiliy, telah meriwayatkan Sayyidina Ustman Bin ‘Affan RA, itu
ketika bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, berapakah dari jumlah Malaikat yang
berada di sekitar para insan? Maka Nabi SAW menjawab : ada 20 Malaikat,
sebagian Malaikat yang berada di sebelah kanan itu adalah yang mencatat
‘amal-’amal baik mu, dan sabagian lagi memberikan keamanan dibagian kiri mu. Disaat
engkau berbuat satu ‘amal baik, maka dituliskan sepuluh, dan disaat engkau
berbuat ‘amal jelek, maka mengucap Malaikat itu kepada Malaikat sebelahnya yang
berada di sebelah kiri, “apakah perlu aku tuliskan?” Maka menjawab Malaikat
yang disebelahnya, “ tunda dulu menulismu selama tujuh jam untuk orang ini”,
maka ‘amalnya pun belum ditulis, seraya menjawab, “baik”. Berkata lagi Malaikat
yang disebelahnya, “ditulis ‘amalnya jika sudah mengizinkan Alloh SWT kepada
kita.”
Maka
nama Malaikat yang berada di sebelah kanan itu adalah Malaikat Roqib yang
bertugas menuliskan yang baik-baik dan yang berada disebelah kiri adalah
Malaikat ‘Atid yang bertugas menuliskan keburukan-keburukan.
Kedua
Malaikat itu berada diantara kedua sisimu dan dari belakangmu.
Malaikat
ini yang memegang ubun-ubunmu, ketika engkau berendah diri kepada Alloh SWT,
maka kemudian mengangkatmu. Dan ketika engkau angkuh kepada Alloh SWT, maka
kemudian melemahkanmu. Kedua Malaikat ini menutup mulutmu saat tidak ada
perlindungan kepadamu, kecuali hanya membaca solawat kepada Nabi SAW. Malaikat
ini menjaga bicara mu agar tidak dibiarkan seperti ular berbisa atau singa yang
masuk dalam pembicaraan (obrolan). Kedua Malaikat ini menjaga pandangan mata
mu, dan dikatakan sesungguhnya nama kedua Malaikat ini adalah شوية (sedikit), maka jumlah seluruhnya itu
hanya 10 Malaikat yang diperintahkan untuk melindungi setiap-tiap anak Adam. Maka
diturunkanlah Malaikat malam hari untuk menggantikan Malaikat siang hari, maka
jumlah seluruhnya Malaikat itu ada 20 yang melindungi anak Adam.
7.
Malaikat Katabatun ملائكة كتبة
Malaikat
ini adalah Para Malaikat yang mencatat/menyalin di lauhilmahfudz (papan yang
dijaga). Mereka adalah Malaikat-malaikat mulya yang menuliskan. Sebahagian
Malaikat ini memiliki sayap, dua sayap dua sayap untuk setiap-tiap satu sayap
dari Malaikat ini, dan tiga tiga untuk macam/bagian yang akhir sayap dari
Malaikat ini, dan empat empat untuk macam/bagian yang akhir sayap dari Malaikat
ini. Dan menambahkan Alloh SWT dalam menciptakan sayap-sayap selain
bermacam-macam sesuai kehendak dalam suatu hal dan pengambilan keputusan.
Pemberitahuan,
telah berkata ahli tata bahasa, bahwa lafadz حملة, سفرة, حفظة dan كتبة dengan fatah pada hurup-hurup awalnya
yang tiga, semuanya adalah jama’nya lafazd حمل, سفير, حافظ dan كاتب .
Semua
Malaikat-malaikat itu adalah makhluq-makhluqNya, artinya yang berwujud semuanya
atas ciptaan Alloh SWT yang patuh semuanya tidak seperti selain
Malaikat-malaikat, hambaNya Alloh SWT. Maka tidak ada yang bekata apapun
sehingga menurut saja atas apa yang diucapkan/perintahkan oleh Alloh SWT
seperti perintah mengucapkan/diperintahkan sesuatu.
Mareka
adalah hamba yang bertatakrama. Tidak ada yang disifati dengan laki-laki
seperti dalam dongeng dan tidak pula disifati perempuan. Maka barang siapa
bertekad bahwa rupa perempuan kepada Para Malaikat atau bersifat seperti
perempuan, maka orang tersebut adalah kafir atas pendapat para ‘ulama. Dan
barang siapa bertekad bahwa Malaikat itu adalah laki-laki, maka orang itu
fasik.
Tiada
mereka memiliki syahwat, artinya tidak menjadikan rindu akan nafsu syahwat.
Tiada memiliki hawa nafsu.
Maka
yang dikatakan nafsu itu ada tujuh martabat :
1.
Nafsu amarah, tempatnya di dalam dada,
wujudnya adalah kikir, rakus, hasud, bodoh, merasa besar, syahwat dan benci;
2.
Maka selanjutnya nafsu lawwamah, tempatnya
di dalam hati, hati itu tempatnya di atas pentil susu sebelah kiri dengan jarak
kadar dua ruas jari, wujudnya adalah mencela, hawa nafsu, menipu/khianat,
angkuh, mengumpat, riya, dzolim, bohong dan lalay/pura-pura lupa;
3.
Maka selanjutnya nafsu malhamah, tempatnya itu
di ruh, tempatnya ruh di atas pentil susu sebelah kanan dengan jarak kadar dua ruas
jari, wujudnya adalah sakhowah (dermawan), qona’ah (secukupnya), halim (pemurah
hati), tawadlo’a (bertatakrama), taobat (banyak bertobat), sobar dan menanggung
masalah dengan sabar;
4.
Maka selanjutnya nafsu muthmainnah,
tempatnya itu samar, samar itu tempatnya adalah arah pentil susu bagian kiri
dengan jarak kadar dua ruas jari mengarah ke dada, wujudnya adalah kerelaan,
tawakal, ‘ibadah, syukur dan ridlo
5.
Maka selanjutnya nafsu rodliah, tempatnya
itu samar di tempat rahasia, karena barangkali maksud bentuk samarnya ini yang berjasad-jasad
( قالب : dengan hurup alif setelah hurup qof,
dengan fatah pada hurup lam. Kalimat ini adalah jama’nya kalimat الجسد ), wujudnya itu adalah mulya, zuhud,
ikhlash, waro’i, berakhlaq dan amanah;
6.
Maka selanjutnya nafsu mardliyah, tempatnya itu
tersembunyi, terletak mengarah ke pentil susu sebelah kanan dengan jarak kadar
dua ruas jari ke tengah-tengah dada, wujudnya bagus akhlak/budi, meninggalkan
hal-hal lain terkecuali yang diperbolehkan Alloh SWT, belas kasihan dengan
sesama makhluq, berani bertanggung jawab atas kebenaran dan pemaaaf atas
kesalahan, kesukaannya condong kepada makhluq yang bisa keluar dari karakter
tubuh makhluq suka kegelapan (selalu ma’siat) sampai menjadi terang (benar) dari
macam-macam makhluq;
7.
Maka selanjutnya nafsu kamilah, tempatnya
itu labih samar, barada di tengah-tengah dada, wujudnya adalah ’alimil yaqin,
‘ainil yaqin dan haqul yaqin.
Malaikat-malaikat
tidak mempunyai bapak dan ibu. Maka sesungguhnya Malaikat-malaikat itu adalah
jasad-jasad sebangsa nuroniah (cahaya), artinya umumnya makhluq-makhluq yang
diciptakan dari cahaya.
Dan
mungkin ada sebahagian Malaikat itu makhluq yang diciptakan dari tetesan-tetesan
yang menetes pada saat Malaikat Jibril AS berkeringat ketika merasakan panasnya di atas
‘arsy. Mereka berdiri berbagai macam dari macam-macam yang berbeda-beda.
Para
Malaikat tidak minum dan tidak makan. Dan tidak juga tidur, melanggengkan
mereka dengan tidak tidur sebagaimana Alloh SWT berfirman
يُسَبِّحُوْنَ اللَّيْلَ وَ النَّهَارَ لَا
يَفْتُرُوْنَ
, maka jarang tidur sendirian seperti merasa ingin tidurnya
manusia, tidak merasa terampas waktu tidurnya lain hal dengan manusia,
maksudnya dari keta’atan dan ketadaburanNya. Mereka tidak berpuasa kepada Alloh
SWT, apa yang diperintah Alloh SWT kepadaNya mereka laksanakan dengan tidak
menyuruhnya lagi kepada yang lainnya. Firman Alloh SWT
يَخَافُوْنَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ
وَيِفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
, artinya dalam ta’atnya dan tadabburnya. Dan telah berfirman
Alloh SWT
بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُوْنَ , لَا
يَسْبِقُوْنَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُوْنَ
Sebaliknya
Malaikat itu adalah hamba dari hamba-hambaNya Alloh SWT yang diperintahkan
dengan dipelihara dari terpelesetnya (kesalahannya), tidak mendahuluinya
sebelum ada izin Alloh SWT. Mereka melaksanakan perintah Alloh SWT bila sudah
diperintah Alloh SWT itu mereka terima, karena sesungguhnya mereka melaksanakan
tujuan dibawah pengawasan Alloh SWT kepadanya. Maka terkumpullah bakti diantara
perintah dan ucapan itu mencapai puncak kebaktiannya.
Kecintaannya
di dalam hati itu jadi syarat sahnya iman. Dan yang sebahagiannya itu adalah
kafir, karena firman Alloh SWT : “Setiap-tiap makhluq itu harus iman kepada Alloh
SWT, Malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan Rosul-rosulNya.”
Mohon
maaf bila ada kesalahan dalam penafsiran dan penuqilan, itu semata-mata dari
hamba yang do’if oleh ilmu.....
Senin,
29 April 2019 M / 23 Sya’ban 1440 H.
Dituqil dari kitab
qotrulgoes, dari syarah masail Abil Laesa oleh Imam Nashor Bin Muhammad Bin Ahmad
Bin Ibrohim Assamarqondiy, taklif Syekh Muhammad Nawawi Bin ‘Umar Bin ‘Arobiyyi
Assyafi’iyi Aljawiy.